MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF DAN
PARTISIPATIF
Uraian singkat tentang model pembelajaran Inovatif dan
partisipatif berikut ini hanya menitik beratkan pada dua hal, yaitu: (a)
Pengertian, Ciri, Fungsi dan Makna Model Mengajar (Pembelajaran) Inovatif; dan
(b) Model-Model pembelajaran Inovatif dan Partisipatif. Sedangkan uraian secara
detil beberapa model pembelajaran yang dapat dianggap sebagai model
pembelajaran inovatif dan partisipatif akan diberikan dalam bentuk data file
untuk dicopi para peserta pelatihan.
A. Pengertian,
Ciri, Fungsi dan Makna Model Mengajar (Pembelajaran) Inovatif
Pengertian model mengajar (pembelajaran). Dari beberapa
pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pengertian Model Mengajar adalah ‘merupakan sebuah perencanaan pengajaran yang
menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar di sekolah agar
dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa seperti yang diharapkan atau
sesuai dengan tujuan pembelajaran’ (Wahab, 2007).
Ciri-ciri sebuah model mengajar (pembelajaran). Menurut para ahli,
suatu model mengajar dianggap baik apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(1) memiliki prosedur yang sistematik,
untuk memodifikasi perilaku siswa yang didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu;
(2) hasil belajar ditetapkan secara
khusus, yaitu perubahan perilaku positif siswa secara khusus; (3) penetapan lingkungan belajar secara khusus dan
kondusif; (4) ukuran keberhasilan,
yaitu bisa menetapkan kriteria keberhasilan siswa setelah mengikuti pembelajaran;
dan (5) interaksi dengan lingkungan,
yaitu model pembelajaran tersebut harus mendorong siswa reaktif, aktif dan
partisipatif terhadap apa yang terjadi
dalam lingkungannya.
Fungsi dan sumber model
mengajar (pembelajaran).
Menurut Chauhan (1979), ada beberapa fungsi dari model mengajar, antara lain:
(1) pedoman, yaitu sebagai pedoman
guru dalam melaksanakan proses mengajar secara komprehensif untuk mencapai
tujuan pembelajaran; (2) pengembangan kurikulum, yaitu dapat
membantu dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP); (3) menetapkan
bahan-bahan pengajaran, yaitu menetapkan bahan ajar secara khusus yang akan
disampaikan siswa untuk membantu perubahan positif pengetahuan dan kepribadian
siswa; (4) membantu perbaikan dalam mengajar, yaitu mampu mendorong atau
membantu proses belajar-mengajar secara efektif dalam mencapai tujuan
pendidikan; dan (5) mendorong atau memotivasi terjadinya perubahan tingkah laku
pada peserta didik secara maksimal sesuai dengan bakat, minat atau kemampuan
masing-masing.
Makna model pembelajaran
inovatif dan partisipatif.
Apabila mengkaji beberapa sumber ilmiah tentang pembelajaran, maka beberapa
konsep yang dapat dipahami dari makna pembelajaran inovatif dan partisipatif,
antara lain: (1) model pembelajaran inovatif dan partisipatif dapat menumbuhkembangkan
pilar-pilar pembelajaran pada siswa, antara lain: learning
to know (belajar mengetahui), learning to do
(belajar berbuat), learning to gether
(belajar hidup bersama), dan learning to
be (belajar menjadi seseorang) (Djohar, 1999); (2) model pembelajaran inovatif dan partisipatif tersebut mampu
mendorong siswa untuk mengembangkan semua potensi dirinya secara maksimal,
dengan ditandai oleh keterlibatan siswa secara aktif, kreatif dan inovatif selama
proses pembelajaran di sekolah; (3) model pembelajaran inovatif dan
partisipatif tersebut mampu mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran
atau tujuan pendidikan; dan (4)
model pembelajaran inovatif dan
partisipatif tersebut mampu mendorong siswa untuk melakukan perubahan perilaku
secara positif dalam berbagai aspek kehidupan (baik secara pribadi atau
kelompok). Jadi, pembelajaran inovatif dan partisipatif adalah pembelajaran
yang berorientasi pada strategi, metode atau upaya meningkatkan semua kemampuan
positif siswa agar dapat meningkatkan kualitas intelektual (penguasaan Iptek),
kualitas emosional (kepribadian) dan kualitas spiritual sehingga siap
menyongsong masa depan yang penuh kompetisi. Dalam proses pengembangan potensi
atau kemampuan siswa tersebut, pembelajaran inovatif dan partisipatif
menempatkan posisi dan peran-peran siswa sebagai sebagai pihak yang paling
aktif (paling sentral), guru hanya sekedar sebagai pembimbing, motivator dan
evaluator kegiatan pembelajaran siswa.
B.
Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Partisipatif
Menurut S Chauhan, dalam bukunya Innovation in Teaching Learning Process (1979), mengelompokkan
model-model mengajar (pembelajaran) inovatif dan partisipatif dalam tiga
kelompok orientasi, antara lain:
Pertama, model
pembelajaran inovatif yang berorientasi pada interaksi sosial. Diantara ciri-ciri model pembelajaran
inovatif ini antara lain: (1) menekankan pentingnya hubungan sosial yang
berkualitas dalam proses interaksi sosial diantara siswa selama proses
pembelajaran; (2) bertujuan untuk meningkatkan peran individu dalam
proses-proses sosial, meningkatkan kualitas kehidupan demokrasi, kerjasama,
toleransi; (3) dibangun atas asumsi dasar, bahwa manusia tidak akan bisa
berkembang dengan baik apabila tidak mampu menjalin kerjasama sesama manusia
(interaksi sosial) secara berkualitas; dan (4) posisi guru dan murid sama-sama
bagian dari suatu sistem sosial dalam kelompok, dan guru berfungsi sebagai
pembimbing dan motivator bagi siswa selama proses-proses sosial, untuk
mengembangkan kualitas hidup dalam kelompoknya. Diantara contoh, model-model
pembelajaran yang berorientasi pada interaksi sosial ini antara lain: (a) Model
pembelajaran inovatif investigasi kelompok; (b) Model pembelajaran inovatif
Inkuiri sosial; dan (c) Model pembelajaran inovatif Kooperatif, antara lain:
Jigsaw, Teams Gemes Tournaments (TGT)),
The Student Teams Achievement Division
(STAD), dan sebagainya.
Kedua, model pembelajaran
inovatif yang berorientasi pada Pemrosesan Informasi. Diantara ciri-ciri
model pembelajaran inovatif ini antara lain: (1) menekankan pada cara siswa
memproses informasi pengetahuan yang diperoleh siswa berkaitan dengan
lingkungan kehidupannya; (2) tujuan utama model ini adalah membantu, memotivasi
siswa untuk mengembangkan segala potensi dirinya untuk memperoleh informasi
sebanyak-banyaknya tentang kehidupan lingkungannya; (3) model ini menjelaskan
cara memproses informasi dengan dua pendekatan berpikir, yaitu pendekatan induktif (berpikir dari contoh ke dalil/
teori atau dari spesifik ke umum) dan pendekatan deduktif (berpikir dari teori ke contoh atau dari umum ke
spesifik); (4) menekankan pentingnya siswa mampu memecahkan beragam persoalan
kehidupan sehari-hari/ lingkungannya baik dari pendekatan induktif atau
pendekatan deduktif; dan (5) tugas guru membantu, membimbing dan memotivasi
siswa untuk memperoleh dan memproses data untuk kemudian siswa secara mandiri
mampu memecahkan problem atau permasalahan sosial, sehingga siswa terus
didorong untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan berpikirnya. Diantara contoh
model pembelajaran inovatif yang berorientasi pada Pemrosesan Informasi antara
lain: (a) model pembelajaran inovatif inkuiri; (b) model pembelajaran inovatif kontekstual;
(c) model pembelajaran inovatif Pemerolehan konsep; (d) model pembelajaran inovatif
pengembangan; (e) pembelajaran model menyusun yang lebih maju (Advance Organizer Model); (f) model
pembelajaran berbasis masalah (PBM); dan
(g) model pembelajaran berbasis critical
thinking; dan (h) model pembelajaran CTL, dan sebagainya.
Ketiga, model pembelajaran inovatif yang
berorientasi pada optimalisasi individu. Diantara ciri-ciri model
pembelajaran inovatif ini antara lain: (1) model ini didasarkan pada asumsi
bahwa setiap siswa (individu) adalah sumber atau sentral layanan pendidikan atau
pembelajaran; (2) tujuan utama model ini adalah memusatkan perhatian proses
pembelajaran pada siswa (siwa harus aktif, kreatif dan responsif) untuk
mengembangkan semua potensi dirinya secara maksimal; (3) setiap guru harus
memahami beragam kemampuan individu dan sifat-sifat serta karakter (pribadi)
setiap siswa, agar proses pembelajaran
bisa berlangsung secara lebih efektif dan berkualitas dalam pengembangan
kepribadian siswa; (4) membantu siswa mampu memecahkan beragam masalah individu
dan kelompoknya (masyarakat); (5) membantu siswa mampu memilih jenis kegiatan
pembelajaran yang memberi arti (makna) bagi kehidupannya; dan (6) model ini
berupaya untuk menumbuhkan tanggungjawab, keterbukaan, kejujuran, dan
mengarahkan diri sendiri secara positif untuk perkembangan yang seimbang.
Diantara contoh model pembelajaran inovatif yang berorientasi pada optimalisasi
individu antara lain: (a) Non Directive
Teaching Model (NDTM); (b) Class Room
Meeting Model (CRMM); (c) model pembelajaran berpikir melalui pertanyaan;
(d) model pembelajaran konstruktivis, dan sebagainya.
Pada hakikatnya pengembangan dan penerapan model-model
pembelajaran inovatif oleh guru-guru di setiap satuan pendidikan pada era
sekarang dan yang akan datang harus bisa menerapkan ketiga kelompok orientasi
model-model pembelajaran inovatif dan partisipatif tersebut di atas, dan
diantara salah satu model pembelajaran inovatif dan partisipatif yang
mengakmodasi ketiga orientasi model pembelajaran tersebut di atas adalah model
pembelajaran CTL. Perlu diingat dalam penerapan model pembelajaran inovatif
tertentu harus sesuai dengan esensi materi, keadaan lingkungan dan kemampuan
siswa serta tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran di sekolah.
Tentang paparan bagaimana pentingnya penerapan model pembelajaran inovatif CTL
dapat dilihat pada printout power
point (terlampir)
Catatan penting!: Pertama, Pada urairan di
makalah ini tidak dikemukakan sembilan macam model-model pembelajaran inovatif dan
partisipatif yang harus dipahami oleh guru, yaitu: (1) Model pembelajaran
inovatif Kooperatif; (2) Model pembelajaran inovatif Inkuiri; (3) Model
pembelajaran inovatif PBM (pembelajaran berbasis masalah); (4) Model
pembelajaran inovatif Learning Cycle;
(5) Model pembelajaran inovatif Berbasis Proyek; (6) Berbasis Critical Thinking; (7) Model
pembelajaran inovatif PBMP (pembelajaran berpikir melalui pertanyaan); (8)
Model pembelajaran inovatif Multikultural; dan (9) Model pembelajaran inovatif
Kuantum. Perlu dipahami bahwa model-model pembelajaran yang harus dipahami oleh
guru dalam proses pembelajaran di era sekarang dan akan datang datang tidak
hanya menyangkut sembilan macam model pembelajaran inovatif tersebut di atas, masih banyak model pembelajaran inovatif
lainnya, antara lain: (1) Model pembelajaran inovatif Bermain Peran; (2) Model
pembelajaran inovatif Simulasi Sosial; (3) Model pembelajaran inovatif
Elaborasi, dan sebagainya; Kedua, karena keterbatasan keadaan,
maka uraian kesembilan model tersebut di atas tidak disatukan dalam diuraikan pada
makalah ini secara langsung, tetapi disarankan
para peserta Pelatihan atau Workshop dapat Meng-Copy pada Data File yang ada di
Komputer (karena keseluruhan jumlah halamannya sekitar 106 halaman).
C.
Kesimpulan
Uraian singkat tersebut memberikan kepahaman, bahwa: (1)
setiap guru dalam proses pembelajaran pada era sekarang dan akan datang harus
menggunakan model-model pembelajaran invatif dan partisipatif; dan (2) wujud
pembelajaran pada era sekarang dan akan datang harus mampu mengembangkan diri
siswa untuk memilki ketrampilan atau kualitas pada sepuluh aspek, yaitu: (1) Basic skills; (2) Technology skills; (3) Problem
solving skills; (4) Multicultural
quality; (5) Interpersonal skills;
(6) Inquiry skills; (7) Information quality; (8) Critical and creative thinking skills; (9) Communication skills; dan
(10) Spiritual quality.
Semoga insan-insan yang memilih jalan profesi sebagai
pendidik (guru) mampu meningkatkan kualitas kompetensi pedagogik, kompetensi
sosial, kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional secara maksimal,
sehingga guru betul-betul mampu membimbing setiap siswa untuk mampu
mengembangkan sepuluh aspek tersebut di atas.
D. Daftar Pustaka
Chauhan, S. 1979. Innovation
in Teaching and Learning Process. New Delhi: Vikas Publishing PVT. LTD.
Wahab,
A.A. 2007. Metode dan Model-Model Mengajar IPS. Penerbit Alfabeta. Bandung.
Uno, H.B. 2008. Model Pembelajaran, Menciptakan Proses
Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif. PT. Bumi Aksara, Jakarta.